My Blog

My Blog

Minggu, 03 Agustus 2014

KEBIASAAN BURUK MAHASISWA (RUMUS COPAS)







Jangan salahkan teknologi karena kebiasaan buruk ini berawal dari mental pribadi masing-masing, yang (sialnya) justru banyak pelakunya.
Maksud hati menjadi mahasiswa yang ideal di mana akademis dan kegiatan bisa berjalan dengan selaras, punya banyak teman dan disegani para dosen, sampai punya prestasi gemilang seperti menjadi Mawapres. Kenyataannya? Menjadi mahasiswa ideal seperti itu tidaklah mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari lingkungan.
Untuk mendapatkan hasil yang baik, tentunya perlu melalui proses yang sesuai pula. Namun, adakalanya mahasiswa mengesampingkan proses tersebut dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan NILAI yang baik. Hal ini menjadi kebiasaan buruk yang muncul di keseharian mahasiswa saat ini. Belum lagi jika mahasiswa tersebut belum mampu menguasai dirinya, bisa jadi ada lebih banyak lagi kebiasaan buruk yang dicatat.
Kebiasaan buruk apa saja yang dimaksud? Banyak. Berikut merupakan bagian pertama catatan yang dikumpulkan penulis dari berbagai sumber.

Rumus Copas (Copy Paste)


Copas (baca:kopas) bukanlah kopi panas. Kemungkinan besar ada banyak mahasiswa yang akrab dengan formulasi keyboard Ctrl+C dan Ctrl+V ini. Bahasa keren lainnya dari kebiasaan buruk ini adalah plagiarisme.
Kebiasaan buruk ini adalah sebuah situasi di mana mahasiswa bukannya mengerjakan tugas sendiri, melainkan menjiplak pekerjaan orang lain. Kemajuan teknologi menjadikan kebiasaan buruk ini semakin mudah dilakukan dan semakin sulit diawasi. Tugas yang dijiplak pun sudah tidak sebatas tugas teman sekelas, tapi juga bisa mahasiswa dari kampus lain. Asal ada sambungan internet, search enginefile yang tersimpan di dunia maya, dan sedikit kreativitas, hasil kerjaan orang lain sudah menjadi milik kita.
Dulu, ketika jaman belum serba digital, menjiplak adalah sesuatu yang merepotkan. Meskipun tidak perlu berpikir, tetapi menyalin beribu kata dari satu halaman ke halaman yang lain akan sangat menguras tenaga dan waktu. Sekarang, di jaman yang semakinpaperless ini, kegiatan menjiplak pekerjaan ini bisa dengan mudah dilakukan dalam waktu yang lebih (bahkan relatif) singkat.Namun jangan salahkan teknologi karena kebiasaan buruk ini berawal dari mental pribadi masing-masing, yang (sialnya) justru banyak pelakunya.

Mengapa muncul kebiasaan COPAS?

Kebakaran terjadi karena adanya sumber api dan benda mudah terbakar. Sama dengan hal tersebut, kebiasaan ini bisa terjadi karena adanya suatu penyebab dan kesempatan.
Penyebab utama munculnya kebiasaan copy-paste ini adalah kemalasan. Faktor yang menyebabkan kemalasan ini pun bermacam-macam. Mungkin tugas yang diberikan terlalu banyak, ada hal lain yang lebih menarik untuk dikerjakan, sudah ada teman yang bisa dimanfaatkan, atau beribu alasan lainnya. Rasa malas menyebabkan sebuah tugas menjadi tidak penting di mata seseorang, sehingga tidak perlu usaha lebih untuk menyelesaikannya.
Sementara itu, kesempatan yang menjadikan kebiasaan Copas ini semakin mantap ada bermacam-macam. Selain faktor teknologi di atas, kurangnya pengawasan/pemeriksaan pada tugas juga menjadi salah satu alasannya. Mahasiswa mungkin akan berpikir, “Untuk apa mengerjakan serius? Toh tidak diperiksa.” atau “Dosennya tidak akan tahu.”
Bentuk tugas yang diberikan juga bisa memberikan kesempatan munculnya kemungkinan Copas. Tugas mengerjakan soal dan paper yang biasa, misalnya. Bentuk laporan berupasoftcopy dan print out juga memudahkan mahasiswa untuk melakukan Copas.
Selain itu, kesempatan juga bisa muncul dari sesama mahasiswa sendiri. Misalnya, ada mahasiswa yang tidak keberatan dijiplak kerjaannya.

Siapa saja yang menderita karena COPAS?

Kebiasaan buruk menyebabkan penderitaan bagi orang banyak. Bukan hanya orang lain, tapi juga diri sendiri.
Kebiasaan Copas lambat laun mengurangi kemampuan dan kreativitas mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan. Okelah kreativitas dalam desain meningkat (karena laporan dipermak sedemikian rupa agar beda dengan teman yang lain), tapi kemampuan pada mata kuliah yang bersangkutan menjadi tidak terasah karena pikiran tidak pernah benar-benar digunakan untuk menghadapi permasalahan yang ada. Hasilnya? Mahasiswa akan kebingungan ketika ujian.
Penderitaan juga bagi mahasiswa atau orang lain yang dijiplak pekerjaannya. Sebagai korban, mereka adalah orang yang dicuri karyanya. Ketidakadilan pun berbicara ketika melihat mereka sudah susah payah menyelesaikan soal sementara si penjiplak bisa melewatinya dengan mudah dalam sekedipan mata. Belum lagi jika nilai si penjiplak malah lebih tinggi daripada yang dijiplak.
Kebiasaan Copas di mahasiswa juga membawa penderitaan di meja dosen. Dengan adanya ketidakjelasan hasil pengerjaan para mahasiswa ini, dosen tidak dapat benar-benar mengukur kemampuan pemahaman mahasiswa pada mata kuliah terkait. Lebih lanjut, dosen tidak bisa benar-benar mengukur dan mengevaluasi kemampuan mengajarnya.
Apakah kebiasaan copy-paste ini juga ada di kampus kalian? Semoga tidak. Bagaimana pun juga, kita harus menghargai kerja keras orang lain dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Dengan mengusahakan sendiri tugas-tugas yang ada, itu artinya kita juga menghargai diri sendiri sebagai seorang mahasiswa. Jadilah mahasiswa yang sebenarnya.
Bagaimana menurut kalian dengan kebiasaan copy-paste di kalangan mahasiswa ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar